Beberapa waktu lalu sempat kita bicarakan tentang nilai jiwa kita, antara harga dan nilai. Dimana ditenggarai bahwa kecenderungan dunia modern yang semakin materialistis, dimana segala sesuatu diberikan harga sehingga nilai kehilangan makna. Dan juga tentang dimana ada usaha untuk mengaburkan keinginan dan kebutuhan, yang atas nama keinginan dunia dan seisinya tidak akan bisa memenuhi keinginan seorang anak adam, tetapi atas nama kebutuhan sebenarnya cukup untuk seluruh umat manusia hidup nyaman.
Baru kemarin ini sempat baca artikel tentang suatu hal yang erat kaitannya dengan dua hal diatas, yaitu ada semacam upaya di masyarakat dunia modern yang menyamakan antara kenikmatan dengan kebahagiaan, walaupun sepintas mirip, ternyata ada perbedaan mendasar diantara keduanya, yang berdampak pada cara kita hidup.
Apa sih beda antara kenikmatan dengan kebahagiaan? Dua hal positif tadi seringkali di campur adukkan satu sama lain, padahal perbedaannya sangatlah kontras diantara keduanya.
Menurut bapak Robert Lustig, Kenikmatan itu biasanya; umurnya pendek, bersifat fisik, dialami sendiri, dan dicapai dengan bantuan zat zat eksternal. Sementara Kebahagiaan, biasanya kebalikannya; umurnya lebih panjang, non fisikal, dialami dalam interaksi sosial, serta tidak dapat dicapai melalui zat zat eksternal. Kenikmatan itu sifatnya mengambil, sementara kebahagiaan itu memberi. Kenikmatan itu berdasarkan Dopamine, sementara Kebahagiaan itu berdasarkan Serotonin.
Lalu apa sih yang dimaksud dengan Dopamine dan Serotonin? Lalu buat apa sih kita perlu tahu? Dopamine itu adalah hormon di dalam otak kita yang berfungsi sebagai penghubung antar neuron, Umumnya, molekul kecil ini dilepas saat sebuah saraf terangsang untuk menstimulasi saraf lainnya yang letaknya berdekatan. Serotonin juga mirip seperti dopamine adalah hormon yang berfungsi sebagai pembawa pesan antar jaringan saraf.
Nah, kenapa juga serotonin dan dopamine ini penting adalah karakteristik dopamine yang menurunkan jumlah sel sel reseptornya: maksudnya seperti ini, Dopamine mengirimkan sinyal ke sel sel di otak, lalu anda merasakan kenikmatan, lalu kemudian sel sel itu meredup. Sehingga untuk merasakan kenikmatan berikutnya, anda butuh lebih banyak lagi. Apapun yang membuat kenikmatan akan memicu ketagihan. Sementara Serotonin, tidaklah menekan sel sel penerimanya, sehingga anda tidak akan pernah bisa overdosis untuk kebahagiaan. Tetapi ada satu hal yang menurunkan Serotonin: Dopamine! Artinya, semakin kita mengejar kenikmatan, semakin kita tidak bahagia [sungguh paradox].
Dan semenjak beberapa dekade terakhir, para saudagar besar (dalam usaha menjual barang dagangannya) berusaha mencampuradukkan antara kebahagiaan dan kenikmatan sehingga kita tidak lagi bisa membedakan yang mana diantara mereka. Dampaknya membuat masyarakat secara umum jadi kecanduan dan depresi, serta makin jadi lebih gemuk, lebih mudah sakit, lebih bodoh, dan lebih miskin. Gimana caranya membalikkan keadaan ini adalah dengan memahami ilmu dari dua emosi “positif” ini, bagaimana mereka bereaksi dan bagaimana mereka di kendalikan. Karena jika tidak, mereka yang mengorbankan kebahagiaan untuk mengejar kenikmatan pada ujungnya malah tidak akan mendapatkan keduanya. Referensi:
https://www.fatherly.com/health-science/hacking-of-the-american-mind-robert-lustig-neuromarketing-kids/
https://www.alodokter.com/dopamine
Tinggalkan komentar