Feeds:
Pos
Komentar

Archive for November, 2016

Akhir akhir ini, saya merasakan aroma kebencian yang ditanam pada agama yang saya anut oleh sebagian ummatnya mulai berbuah, dan api kebencian ini mulai membakar dan menghancurkan apa yang ada dihadapannya.

Dulu ada teman saya yang mengatakan bahwa ada konspirasi dari luar untuk menghancurkan nusantara, dan saya katakan bahwa itu hanya dia saja yang melihat konspirasi dibalik semua tragedi, tetapi sekarang saya tidak yakin lagi atas apa yang saya katakan padanya dahulu.

Genosida – menurut KBBI adalah pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras. Dan untuk terlaksananya genosida, ada beberapa tahapan dan karakteristik yang unik, dan jika kita perhatikan, kondisi di Indonesia sudah sampai tingkat yang mana, silahkan nilai sendiri…

  1. Klasifikasi
    Pada tahapan ini mulai mebagi ummat dengan “kita” dan “mereka” berdasar etnik, ras, agama, mazhab, ataupun suku bangsa. Dan masyarakat yang homogen biasanya yang paling mudah melakukan stereotyping ini.
  2. Simbolisasi
    Pada tahapan ini, kita mulai memberikan simbol kepada klasifikasi yang dibuat di tahap pertama. Kita sebut orang orang ini “Cina” atau “Syiah”, atau membedakan mereka dengan ciri ciri pakaian atau fisik, dan meletakkan simbol ini pada keseluruhan mereka. Klasifikasi dan Simbolisasi ini sebenarnya masih bisa dibilang wajar atau lumrah, jika saja tidak berlanjut ke tahap ke tiga.
  3. Dehumanisasi
    Pada tahap ini lah sesungguhnya dimulai program genosida ini. Dimana satu kelompok ummat menganggap kelompok lain bukan manusia. Kelompok lain ini akan disamakan dengan binatang, wabah, penyakit, dan musuh yang hendak menghancurkan ummat. Dan dengan dehumanisasi ini, akan membuat masyarakat imun/mati-rasa jika melihat pembunuhan dan pembantaian kepada target operasi (misalnya mereka yang di kafirkan).
    Lalu biasanya mereka akan berlindung dibalik kebebasan berekspresi/bicara, dan jika dilarang memberikan ujaran kebencian nya, maka akan segera heboh dan mengatakan bahwa ada konspirasi besar untuk menjatuhkan ummat.
  4. Organisasi
    Pembantaian massal selalu terorganisasi, dan pada umumnya di lakukan oleh yang berkuasa, seringkali menggunakan tangan tangan milisi swakarsa, sehingga memberikan alasan bagi penguasa untuk berkelit dari tanggung jawab di dunia. Kadang organisasi ini bersifat informal seperti gerombolan hindu yang di backing oleh pemimpin RSS lokal. Dan milisi dan preman preman ini kadang kala di latih dan di persenjatai.

    geno2

  5. Polarisasi
    Ekstrimis akan menjauhkan dua kelompok ke dalam dua kubu. Kelompok takfiri dan ekstrimis akan menyiarkan fitnah dan propaganda. Dan akan di ujar ujar larangan untuk bersosialisasi dengan kelompok “musuh”, dengan dalih “mereka punya agenda” [So What gitu loh?!]. Orang orang ekstrim ini punya target kelompok moderat, dan dengan mengintimidasi kaum moderat ini, mereka akan membungkam suara suara yang berbeda dengan tuduhan tuduhan seperti; kafir, bid’ah, agen asing, dan lain lain. Orang orang moderat yang berasal dari kelompok ekstrim ini adalah mereka yang paling bisa mencegah terjadinya genosida, dan justru karena itulah biasanya mereka yang di hajar duluan.
    Di salah satu artikelnya, John Pilger mengutip penuntut pada pengadilan kejahatan perang Nuremberg, dimana dikatakan pada saat perang, peran media adalah menyiapkan masyarakat secara psikologi atas dampak dari serangan yang akan dilakukan.
  1. Persiapan
    Daftar korban mulai di siapkan, tenpat tempat bisnis dan usaha mereka didata, daftar nama target operasi disiapkan dan mulai di edarkan. Harta benda milik mereka di halalkan, anak anak perempuan dan istri mereka akan dijadikan budak dan di hinakan. Rumah rumah mereka ditandai, dan pada saat ini, tinggal menunggu waktu saja untuk genosida dilaksanakan.
  2. Pembantaian
    Ini akan berlangsung cepat, dan bagi pembantai, mereka tidak ada perasaan menyesal atau kasihan, karena bagi mereka, korbannya tidak sepenuhnya manusia. Mereka merasa melakukan tugas suci atas nama Agama/Bangsa/Negara. Lalu jika hal ini di sponsori oleh aparat, biasanya mereka akan turut serta bersama para milisi untuk melakukan pembantaian ini.
  3. Penolakan/Pengingkaran
    Denial
    adalah tahap terakhir yang selalu hadir ketika genosida selesai dilakukan. Dan ini juga salah satu indikator utama bahwa genosida akan kembali berlangsung di masa yang akan datang. Para pelaku akan menggali kuburan massal dan membakar habis bukti bukti kekejaman mereka, sementara para ibu ibu solehah akan mengatakan bahwa korbanlah sebenarnya yang salah, karena mereka ikut paham yang salah. Pelakunya hanyalah menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Lalu para alim ulama dan ahli hukum mereka akan menjustifikasi semua kejadian ini sebagai bentuk self-defense dan dibesar besarkan oleh media kafir/asing/musuh. Dan setelah itu para pejabat dan aparatnya akan melakukan segala usaha untuk menghalangi penyelidikan dan pelaporan dari kondisi yang sebenarnya, sama seperti ketika para penguasa di abad ke tujuh (sampai pada masa kini) menghalangi penyebaran berita tentang apa yang terjadi di Karbala.

Apakah tahapan tahapan ini sudah ada di nusantara, saya pribadi cenderung berpendapat demikian, kenapa? Karena 3 hal:

  1. Media sosial sudah jadi ajang fitnah dan bakar membakar, dan pelakunya yang saleh dan saleha merasa berjihad di jalan yang benar.
  2. Media media yang berubah fungsi menjadi penghembus kayu bakar, sila lihat Vo***lam.com, Arr***ah.com, Panj**as.com, yang memonopoli kebenaran dan mengambil hak Tuhan untuk menjerembabkan mereka yang tidak sepaham ke Jahannam.
  3. Sudah timbul korban jiwa. Cukup banyak kejadian yang bisa jadi rujukan. Saya kasih contoh 2 saja yang kebetulan saya mengetahuinya, yaitu sampit dan sampang. Yang satu karena etnis dan satunya lagi karena madzhab.

Terngiang apa yang pernah kakek saya katakan…

“In the end, we will remember not the voice of our enemy, but the silent of our friends”.

Referensi:

http://www.genocidewatch.org/genocide/8stagesofgenocide.html
http://howgenocidesend.ssrc.org/Moses/
https://en.wikipedia.org/wiki/Eight_stages_of_genocide
http://www.commondreams.org/views/2016/10/20/perpetual-killing-field-worst-place-earth
http://johnpilger.com/articles/inside-the-invisible-government-war-propaganda-clinton-trump

Read Full Post »

Ingin menulis ini sudah cukup lama, tetapi cukup sulit bagi saya untuk mengungkapkannya, karena bahannya ga ada, dan hanya mengandalkan ingatan saat pelatihan di suatu kota di seberang pulau sumatera.

Walaupun training ini sudah cukup lama, dan pada umumnya daya ingat saya terhadap materi pelatihan maksimum satu bulan, tetapi materi yang satu ini tetap jelas teringat, karena mengingatkan saya kepada cerita Abunawas yang mencari jarum di halaman rumahnya sementara jarumnya jatuh di dalam rumah.

Di siang itu, trainernya memulai dengan bercerita tentang hal yang paling merusak kehidupan manusia menurut beliau adalah marketing dan advertising, tepatnya Iklan. Dia mengisahkan betapa cita citanya waktu lulus SMA adalah punya mobil sport sendiri dan dengan itu dia bisa membawa cewe cewe cantik kencan dan akhirnya dia akan bahagia. Itu gara gara dia melihat iklan rokok di masa kecilnya yang menunjukkan betapa kerennya mereka yang merokok dan dikelilingi wanita wanita cantik macam di film james bond.

Baca tulisan selanjutnya…

Read Full Post »