Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari 21st, 2015

Baru baru ini saya menyinggung sedikit pengalaman belajar saya dahulu di waktu kecil dimana peran anak didik diminta untuk menerima dan menghapal dogma tanpa boleh bertanya (pertanyaan yang boleh diajukan adalah pertanyaan mengenai what, dan haram bertanya tentang why).

Sekarang, looking back and reflect on those things bikin saya cenderung berpendapat bahwa pemahaman lebih penting dari hapalan, bahwa pendidikan utamanya adalah mengenai konsep terlebih dahulu dibandingkan hapalan rumus.

Saya bukanlah praktisi pendidikan dan saya juga sudah lama sekali melewati masa pendidikan formal, dan dari sekelumit pengetahuan tentang pendidikan formal kita adalah; anak didik lebih banyak di suruh menghapal dan menghapal, tanpa dibekali pemahaman apa yang ada dibalik hapalan tersebut, dan hal ini malah berlaku terlebih untuk pendidikan agama.

Lalu, jika ada anak didik yang bertanya, maka akan dianggap anak didik yang nakal atau lamban, sehingga anak didik kita diberikan insentif untuk diam dan menyimak, either ngerti atau nggak dengan materi dari sang guru. Dogma yang berlaku umum disini adalah sami’na wa atho’na (dengarkan dan patuhi), jadinya kita sukses menciptakan robot robot yang tidak memiliki kreatifitas, dan lanjutannya, kita akan menjadi masyarakat yang sulit menerima perbedaan, kita ingin semuanya serba seragam, bahkan dalam cara berpikir.

Baca Tulisan Selengkapnya…

Read Full Post »